Sebagai salah satu organisasi penanggulangan musibah kebakaran internasional, NFPA atau “National Fire Protection Association” tentu memiliki standar khusus. Standar NFPA tersebut biasanya dibukukan dan memiliki kode-kode khusus. Saat ini, setidaknya ada lebih dari 300 kode dan standar yang diterbitkan oleh NFPA.
Berawal dari keresahan akibat kerugian yang disebabkan oleh musibah kebakaran, NFPA didirikan pada 124 tahun silam. NFPA sendiri merupakan organisasi nirlaba yang terdiri dari puluhan ribu orang termasuk di dalamnya tenaga ahli dan profesional dari seluruh dunia.
Pada praktiknya, NFPA berusaha meminimalisasi risiko kebakaran yang kebanyakan sangat merugikan korban. Untuk memastikan tujuan utamanya tercapai, NFPA merumuskan standar dan kode-kode yang senantiasa diperbarui ataupun direvisi. Untuk menentukan standar tersebut, NFPA melalui 4 langkah perumusan yaitu:
Melihat betapa rumitnya perumusan standar yang berlaku, bisa dipastikan bahwa NFPA memiliki panduan akurat dalam penanggulangan risiko kebakaran. Tidak heran apabila rumusan NFPA ini kerap dijadikan panduan oleh pemerintah dan lembaga penanganan kebakaran di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Salah satu produk standar organisasi ini yang cukup banyak digunakan adalah sistem klasifikasi kebakaran berdasarkan penyebab dan cara penanggulangannya. Publikasi standar tersebut biasanya dilakukan dalam bentuk buku dan setiap beberapa tahun sekali mengalami revisi atau pembaruan.
Kontribusi NFPA pada dunia tidak hanya dalam bentuk rumusan kode atau standar teoretis. Organisasi ini juga terlibat dalam berbagai pengembangan sistem penanggulangan kebakaran seperti sprinkler, hidran, atau APAR (alat pemadam api ringan).
Setiap tahun, NFPA juga mengembangkan jaringannya dan bekerja sama dengan banyak perusahaan, tenaga profesional, ataupun individu yang tertarik untuk menanggulangi musibah kebakaran. Kerja sama tersebut merupakan alasan jaringan serta pengaruh NFPA masih kuat meski umurnya lebih dari satu abad.
Diakui atau tidak, kebakaran merupakan masalah dengan konsekuensi cukup serius. Inilah mengapa setiap negara memiliki sistem proteksi kebakaran yang dirancang sebaik mungkin untuk meminimalisasi kerugian. Indonesia termasuk negara yang kerap menjadikan NFPA kiblat, terutama dalam hal proteksi kebakaran.
Hal ini membuat banyak sekali aturan dan regulasi penanggulangan kebakaran yang dibuat berdasarkan standar organisasi non-profit tersebut. Jadi jangan heran apabila konsultan dan jasa penyedia sistem proteksi kebakaran banyak mengadopsi sistem yang dirumuskan oleh NFPA.
Berdasarkan standar NFPA, sistem proteksi kebakaran dirancang agar dapat memenuhi dua persyaratan umum yaitu perlindungan jiwa, properti, dan aset. Dari hal tersebut, terbentuklah dua jenis sistem perlindungan terhadap musibah kebakaran, yaitu:
Sistem proteksi kebakaran aktif meliputi peralatan atau sistem yang dipasang dan secara aktif mampu mendeteksi serta mengendalikan api secara efektif. Peralatan yang termasuk dalam sistem proteksi ini adalah sprinkler, fire alarm, dan heat atau smoke detector.
Sedangkan pada sistem proteksi pasif, perlindungan yang dilakukan terkait dengan struktur dan komponen bangunan dalam menanggulangi penyebaran api. Sistem tersebut meliputi, dinding, pintu, kaca tahan api, pelapis kabel, dan beberapa hal lainnya.
Baca juga: Sistem Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif, Apa Bedanya Ya?
Beberapa tahun lalu, NFPA sempat merilis standar terbaru terkait dengan fire alarm dan signaling code. Untuk merumuskan standar ini ada banyak pihak yang dilibatkan dan pada 3 September 2018, standar terbaru tersebut untuk pertama kalinya dipublikasikan.
Standar ini sendiri sebenarnya merupakan hasil pembaruan dan revisi dari edisi pertama “National Fire Alarm Code” yang terbit tahun 1993. Isi versi awal ini pun dirumuskan dari hasil konsolidasi beberapa buku seperti NFPA 71 edisi tahun 1989, NFPA 72 edisi tahun 1990, NFPA 72E edisi tahun 1990, NFPA 72G edisi tahun 1989, NFPA 72H edisi tahun 1988, dan NFPA 74 edisi tahun 1989.
Meskipun terbit pada tahun 2018, standar terbaru NFPA dicatat sebagai edisi tahun 2019. Selain pembaruan, ada beberapa perubahan yang dituangkan, Termasuk diantaranya soal persyaratan untuk akses pemadam kebakaran pada elevator serta evakuasi penghuni.
Pada edisi terbaru, juga terdapat kode pemberitahuan visual selain kode pemberitahuan yang bisa didengar. Hal ini tercantum dalam Bab 18 dan menunjukkan bahwa pemberitahuan visual melibatkan teknologi terkini seperti LED. Penggunaan istilahnya pun diubah menjadi visual notification appliance dari istilah strobe, lights, dan visible.
Saat ini, standar terbaru telah dijadikan acuan oleh banyak perusahaan yang ingin melakukan penilaian risiko kebakaran (fire risk assessment) dan dipadupadankan dengan standar lain baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini membuktikan bahwa standar yang dirumuskan NFPA cukup efektif
Demikian ulasan tentang standar NFPA terbaru. Bagaimana, cukup membuka pengetahuan Anda tentang sistem proteksi kebakaran di dalam maupun luar negeri bukan? Semoga bermanfaat.
Share On